Setelah 'Football Comes Hoam'
Sedikitnya ada dua yang dibawa para pemain Bayern Munich dari London akhir pekan kemarin: trofi Liga Champions dan rumput Wembley. Apalagi setelah sepakbola pulang ke Bavaria?
Sudah banyak cerita yang tercipta dari kemenangan Bayern atas Borussia Dortmund di final Liga Champions hari Sabtu (25/5) lalu. Cerita terbesarnya adalah, Bayern menang 2-1, juara untuk kelima kalinya -- bersama Liverpool terbanyak nomor tiga setelah Real Madrid (9) dan AC Milan (7).
Pesta kemenangan pun digelar di mana-mana, dari lapangan, hotel tim, sampai jalan-jalan di pelosok kota Munich dan provinsi Bavaria. Dari Inggris, negara yang menjadi rival Jerman di kancah sepakbola, mereka pulang gelar juara.
Di lapangan pertandingan, para pemain Bayern telah "merusak" properti Wembley. Sebagai kenang-kenangan, hampir semua pemain mengguntingi jaring gawang stadion kebesaran Inggris itu.
Kaus spesial yang dipakai Philipp Lahm dkk saat menerima piala bertuliskan"Football Comes Hoam". Hoam adalah dialek orang Bavaria untuk menyebut kata "heim" dalam bahasa Jerman, atau home dalam bahasa Inggris.
Ada beberapa penafsiran dari slogan tersebut. Pertama, sudah tiga kali dalam empat tahun Bayern mauk final Liga Champions, tapi baru kali ini mereka berhasil memenanginya. Kedua,tahun lalu mereka tampil di final di kandang sendiri, Allianz Arena, tapi kalah.
Ketiga, tim yang mengalahkan mereka di kandang sendiri itu adalah Chelsea, klub dari kota London. Maka, kemenangan di Wembley, yang ada di London, seakan-akan merupakan keberhasil "merebut" sebuah piala yang tahun lalu dibawa orang-orang Inggris berbaju biru (Chelsea).
Football Comes Home sendiri pernah dipakai Inggris ketika menjadi tuan rumah Piala Eropa 1996 -- yang dimenangi oleh Jerman. Jika mau dihubung-hubungkan demikian, barangkali Bayern juga ingin sedikit "menyentil" negara rivalnya itu, bahwa sepakbola itu milik mereka -- bukan Inggris.
Bayern mungkin seperti yang dianggap sebagian kalangan: sering terdengar sombong. Adalah mreka sendiri yang menciptakan julukan FC Hollywood -- Hollywood adalah simbol kemewahan di Amerika bahkan dunia. Mereka juga menunjuk dada busungnya dengan kalimat ini di kaus perayaannya setelah memenangi Bundesliga musim ini: "Mia San Mia: san Meister". Artinya? Kami adalah kami: juara.
Kenapa harus dibilang sombong? Mereka adalah pemilik rekor juara di Liga Jerman sebanyak 23 kali. Bahkan yang terdekat dengan mereka pun baru 9 kali juara (FC Nuremberg) -- Dortmund baru 8 kali.
Bayern juga klub termewah dari sehatnya industri sepakbola di Jerman. Mereka tak pernah mencetak rekor transfer tertinggi di dunia -- dan hampir dipastikan tidak pernah berniat melakukan hal semacam itu. Bayern adalah klub elite di Eropa yang neraca keuangannya selalu positif. Seperti sebagian besar klub-klub di Jerman, mereka menjalankan roda bisnisnya dengan penuh perhitungan, tidak "lebih besar pasak daripada tiang".
Anda tahu berapa jumlah suporter Bayern yang menonton setiap pertandingan kandang timnya di liga musim ini? Total 1,2 juta orang, atau rata-rata 71 ribu orang di Allianz Arena -- yang kapasitasnya juga sekitar itu. Mereka hanya kalah dari Borussia Dortmund (80.520 per game), yang dari tahun ke tahun memang selalu memenangi "lomba fanatisme di stadion".
Bandingkan dengan di Italia, misalnya. Inter dan AC Milan adalah klub dengan jumlah penonton rata-rata terbanyak di Serie musim ini, tapi angkanya sangat jauh dari Bayern -- Inter "hanya" 44.897 per game, Milan cuma 41.245 per pertandingan.
Dari aspek bisnis yang lain, penghasilkan Bayern dari penjualan merchandise pun luar biasa. Dalam semusim ini Die Roten menghasilkan 57 juta euro dari pos itu -- atau tertinggi dibanding tim-tim lain, sekitar 33% dari total penjualan merchandise klub-klub Bundesliga.
Kebesaran Bayern yang lain adalah mereka respresentasi sepakbola Jerman. Dari dulu mereka pemasok besar timnas Jerman. Figur-figur legenda Nationalmannschaft seperti Franz Beckenbauer, Gerd Mueller, Uli Hoeness, Paul Breitner, Sepp Meier, Karl-Heinz Rummenigge, Lothar Matthaeus, Stefan Effenberg, sampai Oliver Kahn, mengawali atau mencapai puncak permainannya di klub ini.
Saat ini era itu diwakili Lahm, Bastian Schweinsteiger, dan Thomas Mueller. Ketiga pemain inilah yang menjadi pilar-pilar kegemilangan Bayern di musim ini, dengan mendominasi kompetisi domestik dan menjuarai Liga Champions -- dan mereka akan produk akademi Bayern.
Masih ada satu gelar yang bisa dimenangi Bayern di akhir pekan ini, yaitu Piala Jerman. Kans treble winnerssungguh besar. Namun, sekalipun kali ini apes alias gagal mengalahkan Stuttgart, hal itu tidak akan mengurangi nilai Bayern di musim ini. Jupp Heynckes telah membuat tim ini begitu memukau, tak cuma gara-gara memukul Barcelona dua kali berturut-turut dengan skor 4-0 dan 3-0.
Total, dari 55 pertandingan kompetitif yang telah dilakoni Bayern dari 12 Agustus 2012 sampai 25 Mei lalu, mereka hanya kalah tiga kali – dengan prosentase kemenangan 85% (menang 47 kali). Selepas pergantian tahun, tren hasil pertandingan mereka terilustrasi seperti ini:
"WWWWWWWWW LWWWWWWWWWWWDWWW"
Pertanyaan besarnya kemudian adalah, apa yang akan terjadi pada Bayern di musim depan terutama setelah tongkat pelatih diestafetkan dari Heynckes kepada Josep Guardiola. Di tangan orang Spanyol itu, seperti apakah Bayern yang sudah sangat tangguh di musim ini?
Saya pribadi tidak percaya Bayern tiba-tiba akan bergaya tiki-taka, karena belum tentu juga Guardiola berencana menyulap tim barunya itu seperti Barcelona. Yang lebih pasti adalah Pep akan memodifikasi penguasaan bola (ball possession) yang di musim ini sudah dilakukan dengan baik oleh Bayern.
Imbas pergantian pelatih sesungguhnya tak cuma soal taktik bermain, tapi juga perubahan posisi pemain, bahkan pendekatan antarindividunya. Pemain sekelas Zlatan Ibrahimovic saja bisa "dendam" pada Guardiola. Artinya, akan selalu ada berbagai kemungkinan dari sebuah perubahan.
Tapi itu semua perlu waktu, nanti setelah liburan musim panas usai dan tim mulai bersiap-siap lagi menghadapi musim baru. Apapun perubahan itu, fans Bayern tentu tidak berharap adanya "perubahan" dalam tiga hal ini. Mereka tentu tetap ingin timnya sehat secara finansial, menghibur di lapangan, baik dari permainan maupun pemain-pemainnya, serta merengkuh piala-piala.
Sudah banyak cerita yang tercipta dari kemenangan Bayern atas Borussia Dortmund di final Liga Champions hari Sabtu (25/5) lalu. Cerita terbesarnya adalah, Bayern menang 2-1, juara untuk kelima kalinya -- bersama Liverpool terbanyak nomor tiga setelah Real Madrid (9) dan AC Milan (7).
Pesta kemenangan pun digelar di mana-mana, dari lapangan, hotel tim, sampai jalan-jalan di pelosok kota Munich dan provinsi Bavaria. Dari Inggris, negara yang menjadi rival Jerman di kancah sepakbola, mereka pulang gelar juara.
Di lapangan pertandingan, para pemain Bayern telah "merusak" properti Wembley. Sebagai kenang-kenangan, hampir semua pemain mengguntingi jaring gawang stadion kebesaran Inggris itu.
Kaus spesial yang dipakai Philipp Lahm dkk saat menerima piala bertuliskan"Football Comes Hoam". Hoam adalah dialek orang Bavaria untuk menyebut kata "heim" dalam bahasa Jerman, atau home dalam bahasa Inggris.
Ada beberapa penafsiran dari slogan tersebut. Pertama, sudah tiga kali dalam empat tahun Bayern mauk final Liga Champions, tapi baru kali ini mereka berhasil memenanginya. Kedua,tahun lalu mereka tampil di final di kandang sendiri, Allianz Arena, tapi kalah.
Ketiga, tim yang mengalahkan mereka di kandang sendiri itu adalah Chelsea, klub dari kota London. Maka, kemenangan di Wembley, yang ada di London, seakan-akan merupakan keberhasil "merebut" sebuah piala yang tahun lalu dibawa orang-orang Inggris berbaju biru (Chelsea).
Football Comes Home sendiri pernah dipakai Inggris ketika menjadi tuan rumah Piala Eropa 1996 -- yang dimenangi oleh Jerman. Jika mau dihubung-hubungkan demikian, barangkali Bayern juga ingin sedikit "menyentil" negara rivalnya itu, bahwa sepakbola itu milik mereka -- bukan Inggris.
Bayern mungkin seperti yang dianggap sebagian kalangan: sering terdengar sombong. Adalah mreka sendiri yang menciptakan julukan FC Hollywood -- Hollywood adalah simbol kemewahan di Amerika bahkan dunia. Mereka juga menunjuk dada busungnya dengan kalimat ini di kaus perayaannya setelah memenangi Bundesliga musim ini: "Mia San Mia: san Meister". Artinya? Kami adalah kami: juara.
Kenapa harus dibilang sombong? Mereka adalah pemilik rekor juara di Liga Jerman sebanyak 23 kali. Bahkan yang terdekat dengan mereka pun baru 9 kali juara (FC Nuremberg) -- Dortmund baru 8 kali.
Bayern juga klub termewah dari sehatnya industri sepakbola di Jerman. Mereka tak pernah mencetak rekor transfer tertinggi di dunia -- dan hampir dipastikan tidak pernah berniat melakukan hal semacam itu. Bayern adalah klub elite di Eropa yang neraca keuangannya selalu positif. Seperti sebagian besar klub-klub di Jerman, mereka menjalankan roda bisnisnya dengan penuh perhitungan, tidak "lebih besar pasak daripada tiang".
Anda tahu berapa jumlah suporter Bayern yang menonton setiap pertandingan kandang timnya di liga musim ini? Total 1,2 juta orang, atau rata-rata 71 ribu orang di Allianz Arena -- yang kapasitasnya juga sekitar itu. Mereka hanya kalah dari Borussia Dortmund (80.520 per game), yang dari tahun ke tahun memang selalu memenangi "lomba fanatisme di stadion".
Bandingkan dengan di Italia, misalnya. Inter dan AC Milan adalah klub dengan jumlah penonton rata-rata terbanyak di Serie musim ini, tapi angkanya sangat jauh dari Bayern -- Inter "hanya" 44.897 per game, Milan cuma 41.245 per pertandingan.
Dari aspek bisnis yang lain, penghasilkan Bayern dari penjualan merchandise pun luar biasa. Dalam semusim ini Die Roten menghasilkan 57 juta euro dari pos itu -- atau tertinggi dibanding tim-tim lain, sekitar 33% dari total penjualan merchandise klub-klub Bundesliga.
Kebesaran Bayern yang lain adalah mereka respresentasi sepakbola Jerman. Dari dulu mereka pemasok besar timnas Jerman. Figur-figur legenda Nationalmannschaft seperti Franz Beckenbauer, Gerd Mueller, Uli Hoeness, Paul Breitner, Sepp Meier, Karl-Heinz Rummenigge, Lothar Matthaeus, Stefan Effenberg, sampai Oliver Kahn, mengawali atau mencapai puncak permainannya di klub ini.
Saat ini era itu diwakili Lahm, Bastian Schweinsteiger, dan Thomas Mueller. Ketiga pemain inilah yang menjadi pilar-pilar kegemilangan Bayern di musim ini, dengan mendominasi kompetisi domestik dan menjuarai Liga Champions -- dan mereka akan produk akademi Bayern.
Masih ada satu gelar yang bisa dimenangi Bayern di akhir pekan ini, yaitu Piala Jerman. Kans treble winnerssungguh besar. Namun, sekalipun kali ini apes alias gagal mengalahkan Stuttgart, hal itu tidak akan mengurangi nilai Bayern di musim ini. Jupp Heynckes telah membuat tim ini begitu memukau, tak cuma gara-gara memukul Barcelona dua kali berturut-turut dengan skor 4-0 dan 3-0.
Total, dari 55 pertandingan kompetitif yang telah dilakoni Bayern dari 12 Agustus 2012 sampai 25 Mei lalu, mereka hanya kalah tiga kali – dengan prosentase kemenangan 85% (menang 47 kali). Selepas pergantian tahun, tren hasil pertandingan mereka terilustrasi seperti ini:
"WWWWWWWWW LWWWWWWWWWWWDWWW"
Pertanyaan besarnya kemudian adalah, apa yang akan terjadi pada Bayern di musim depan terutama setelah tongkat pelatih diestafetkan dari Heynckes kepada Josep Guardiola. Di tangan orang Spanyol itu, seperti apakah Bayern yang sudah sangat tangguh di musim ini?
Saya pribadi tidak percaya Bayern tiba-tiba akan bergaya tiki-taka, karena belum tentu juga Guardiola berencana menyulap tim barunya itu seperti Barcelona. Yang lebih pasti adalah Pep akan memodifikasi penguasaan bola (ball possession) yang di musim ini sudah dilakukan dengan baik oleh Bayern.
Imbas pergantian pelatih sesungguhnya tak cuma soal taktik bermain, tapi juga perubahan posisi pemain, bahkan pendekatan antarindividunya. Pemain sekelas Zlatan Ibrahimovic saja bisa "dendam" pada Guardiola. Artinya, akan selalu ada berbagai kemungkinan dari sebuah perubahan.
Tapi itu semua perlu waktu, nanti setelah liburan musim panas usai dan tim mulai bersiap-siap lagi menghadapi musim baru. Apapun perubahan itu, fans Bayern tentu tidak berharap adanya "perubahan" dalam tiga hal ini. Mereka tentu tetap ingin timnya sehat secara finansial, menghibur di lapangan, baik dari permainan maupun pemain-pemainnya, serta merengkuh piala-piala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar