Remote kontrol sudah mulai terpikir oleh manusia sejak tahun 1893. Waktu itu, seorang warga Amerika Serikat (AS) bernama Nikola Tesla (masih ingat kan siapa Nikola Tesla itu?) menggambar konsep kerja remote kontrol. Setelah tersimpan beberapa lama, barulah pada tahun 1950, gambar Nikola Tesla ini berhasil diwujudkan menjadi kenyataan oleh warga Austria bernama Robert Adler.
Setelah berhasil diuji coba, alat ini kemudian diproduksi secara besar-besaran oleh perusahaan bernama Zenith Radio Corp. Pada awal penemuannya, remote kontrol masih harus tersambung menggunakan kabel tebal yang dikaitkan ke pesawat televisi.
Ternyata kabel tebal itu terasa sangat merepotkan karena sering membuat orang jatuh tersandung atau sering rusak digigit anjing. Saat kabelnya lepas, remote kontrol ini pun menjadi tidak berfungsi. Oh iya, saat pertama dikenalkan ke pasar, alat ini belum disebut sebagai remote kontrol, melainkan lazy bone atau dalam bahasa Indonesia bisa diartikan pemalas. Hehehe..lucu ya namanya..
Pada tahun 1955 seorang insinyur dari Zenith, Eugene Polley, menciptakan remote kontrol yang tidak berkabel. Bentuknya mirip seperti alat pengering rambut atau hair dryer. Alat itu dinamakan “Flash-Matic” dan dapat mengarahkan sinar yang terlihat oleh mata ke sel photo yang terletak di sudut televisi. Sinar tersebut dapat mengaktifkan empat tombol pada televisi, termasuk mengganti tampilan layar televisi, mengecilkan suara atau mengganti saluran televisi.
Sayangnya sel foto pada televisi kurang bisa mengenali mana cahaya yang datang dari remote dan cahaya yang datang dari sumber lainnya, sehingga terkadang ketika terkena lampu ruangan/sinar matahari, saluran atau volume pada televisi dapat berpindah dengan sendirinya.
Tahun 1956, Robert Adler mengembangkan remote kontrol teknologi baru dengan gelombang ultrasonik (Space commands). Saat pengguna mengklik tombol yang ada pada remote kontrol ini, alat ini akan otomatis mengirim suara berfrekuensi tinggi yang hanya dikenali televisi. Keunggulan lainnya, alat ini tak membutuhkan baterai. Namun remote kontrol ini juga ada kekurangannya yaitu saluran atau volume dapat berpindah sendiri bila ada frekuensi dari alat lain yang senada dengan frekuensi pada televisi.
Lalu, mulai tahun 1980, Zenit membuat eksperimen remote kontrol yang menggunakan sinar inframerah. Remote kontrol ini menggunakan gelombang cahaya berfrekuensi rendah, sehingga mata manusia tidak bisa menangkapnya, tapi bisa tertangkap televisi. Penemuan remote kontrol menggunakan sinar inframerah ini kemudian berhasil mengatasi kekurangan-kekurangan yang dimiliki remote kontrol yang menggunakan gelombang ultrasonik.
Setelah itu, penggunakan remote kontrol mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tidak hanya untuk pesawat televisi, alat ini juga digunakan untuk mengendalikan alat elektronik yang lain seperti AC, radio, tape, dan sebagainya. Coba kalian sebutkan alat elektronik apa lagi yang menggunakan remote kontrol?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar