Jumat, 20 September 2013

Bibit Sepakbola yang Berlimpah di Bumi Indonesia

Rossi Finza Noor - detikSport
SSB Tugu Muda di Danone Nations Cup 2013 (detiksport/a2s)
Jakarta - Indonesia tidak akan pernah kehabisan bibit-bibit muda. Kalimat tersebut bukan sekadar isapan jempol karena, faktanya, di lapangan memang demikian adanya.

Tidak perlu heran ketika ada anak-anak Indonesia meraih sukses dan tampil apik di turnamen internasional semisal Milan Junior Camp Day ataupun Danone Nations Cup. Jangan heran juga ketika timnas level junior meraih di turnamen regional, seperti HKJC International Youth Invitational di Hong Kong, Februari 2013 silam.

Di turnamen usia 10-12 tahun bertajuk Danone Nations Cup, yang tahun ini digelar di London, 4-7 September lalu, tim "Merah Putih" yang diwakili oleh SSB Tugu Muda, Semarang, finis di peringkat kedelapan dari 32 negara peserta.

Di Milan Junior Camp Day, Indonesia sukses jadi juara pada dua tahun berturutan, yakni pada 2010 dan 2011. Turnamen tersebut mencuatkan nama Gavin Kwan Adsit. Gavin kemudian berpartisipasi di bawah arahan pelatih Indra Sjafrie pada perhelatan HKJC International Youth Invitational, sebelum akhirnya pergi ke Eropa dan bergabung dengan klub Rumania, CFR Cluj.

Gavin hanyalah sebuah contoh. Indonesia masih punya Gavin-Gavin lainnya. Indra Sjafrie sendiri kini sedang menangani tim nasional Indonesia U-19, yang sejak 10 September lalu terjun di perhelatan Piala AFF U-19.

Dari skuat coach Indra saat ini, kita bisa melihat bagaimana Al Qomar, Ilham Udin Armaiyn, Maldini Pali, Evan Dimas Darmono, dan Muchlis Hadi unjuk kebolehan.

Pada laga pertama, Maldini bermain begitu lincah sebagai pemain sayap. Al Qomar begitu percaya diri melepas tembakan jarak jauh --yang kemudian berujung jadi gol. Tak ketinggalan pula aksi Ilham meliuk di dalam kotak penalti, melewati beberapa bek, sebelum akhirnya melepaskan tendangan kaki kiri ke arah gawang Brunei Darussalam. Ini masih bisa ditambah juga dengan ketenangan Muchlis mencari posisi, menerima umpan terobosan, lalu menceploskan bola ke gawang lawan.
Lagi-lagi, Maldini, Evan, Ilham dan rekan-rekannya juga hanya beberapa contoh. Mereka jadi generasi ke-sekian dari pemain-pemain muda yang dinilai berbakat. Sebelumnya ada nama-nama seperti Yericho Christiantoko, Alan Martha, Abdul Rahman Lestaluhu, atau Alfin Tuasalamony.

Belum lekang juga dari ingatan bagaimana nama-nama seperti Kurnia Meiga, dengan Abdul Rahman dan Gunawan Dwi Cahyo sebagai palang pintu di depannya, Elgi Melgiansyah dan lain-lainnya bahu-membahu di SEA Games 2011 sebagai bagian dari anggota timnas U-23. Kendati gagal meraih medali emas, penampilan mereka ketika itu dinilai menjanjikan.

Meiga kini sudah menembus tim senior. Kemampuannya dan refleksnya dalam menghentikan tembakan, membuat kiper berusia 23 tahun itu belakangan dipercaya menjadi kiper utama tim nasional Indonesia.

Indonesia sendiri, sepanjang sejarahnya, selalu punya program untuk mengirimkan bibit-bibit muda tersebut berlatih ke luar negeri. Dari mulai PSSI Garuda, Pratama, Binatama, Primavera, Baretti sampai yang terakhir PSSI SAD di Uruguay.

Namun, seperti yang dituturkan oleh Timo Scheunemann, pelatih yang mendampingi SSB Tugu Muda di Danone Nations Cup, bibit-bibit menjanjikan di atas hanya akan menjadi hebat dengan perawatan yang baik pula.

"Indonesia, sabar itu tidak cukup. Kalau tidak ada kerja keras, sabar sampai kapanpun ya sulit. Perlu kerja keras untuk membenahi, memperbaiki sistem sepakbola termasuk untuk pembinaan usia muda. Jika itu tak juga dilakukan, kita akan begini-begini saja. Bibit yang bagus, kalau tidak dipupuk, dirawat, ya tidak akan menuai hasil yang bagus," kata Timo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar